BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Suku Dayak Bakati’ ( Bekati’ ) tersebar di 7
kampung yang berada di wilayah kabupaten Bengkayang dan kabupaten Sambas
propinsi Kalimantan Barat. Pada masa lalu suku Dayak Bakati’ juga terkenal
dengan tradisi ‘kayau’ atau ‘mengayau’. Nenek moyang mereka berasal dari
‘pemagen’ atau panglima pemenggal kepala yang hidup beranak pinak di
‘segiring’. Nenek moyang mereka yang memperanakkan ‘supai ma upi’, ‘sadani ma
ngaji’, dan ‘santak ma batakng’. Konon, dari keluarga inilah selanjutnya
menjadi cikal bakal orang Dayak Bakati’.
Dinamakan Dayak Bakati’ dikarenakan dari segi
bahasa. Istilah Bakati’ terdiri dari dua kata, yaitu ‘ba’ adalah sebuah awalan
yang sepadan ber- yang berarti mempunyai dan ‘kati’ adalah sebuah kata dasar
yang berarti tidak. Dalam ucapan sehari-hari perkataan ‘kati’ sering muncul
sehingga dipakai untuk menyebut identitas penutur bahasa tersebut. Suku Dayak
Bakati’ ( Bekati’ ) tersebar di 7 kampung yang berada di wilayah kabupaten
Bengkayang dan kabupaten Sambas propinsi Kalimantan Barat. Pada masa lalu suku
Dayak Bakati’ juga terkenal dengan tradisi ‘kayau’ atau ‘mengayau’. Nenek
moyang mereka berasal dari ‘pemagen’ atau panglima pemenggal kepala yang hidup
beranak pinak di ‘segiring’. Nenek moyang mereka yang memperanakkan ‘supai ma
upi’, ‘sadani ma ngaji’, dan ‘santak ma batakng’. Konon, dari keluarga inilah
selanjutnya menjadi cikal bakal orang Dayak Bakati’.
Dinamakan Dayak Bakati’ dikarenakan dari segi
bahasa. Istilah Bakati’ terdiri dari dua kata, yaitu ‘ba’ adalah sebuah awalan
yang sepadan ber- yang berarti mempunyai dan ‘kati’ adalah sebuah kata dasar
yang berarti tidak. Dalam ucapan sehari-hari perkataan ‘kati’ sering muncul
sehingga dipakai untuk menyebut identitas penutur bahasa tersebut.
- Rumusan Masalah
a. Dari mana asal-usul orang suku Dayak Bakati’?
b. Apa itu ritual Nyabangk?
c.
Apa saja yang
dilakukan saat ritual Nyabangk?
d.
Apa yang
dipakai selain barang ritual yang ada?
e.
Bagaimana
kisah penciptaan pada mitologi Dayak Bakati’?
f.
Apa saja
ritual selain Nyabangk?
- Tujuan
Penulisan
a.
Untuk
mengetahui asal-usul orang suku Dayak khususnya suku Dayak Bakati’.
b.
Untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan upacara pada sub suku Dayak Bakati’.
c.
Untuk belajar
menghargai upacara adat yang akan tetap dilakukan di masa modern ini.
BAB II
PEMBAHASAN
- Asal-usul
Orang Suku Dayak Bakati’
Kehidupan sehari-hari orang Dayak Bakati’ Rara
dalam bertahan hidup adalah dalam pola pertanian berladang, serta melakukan
perburuan binatang ke hutan. Selain itu mereka juga menangkap ikan di sungai untuk
menambah sumber makanan dan penghasilan. Orang Bakati’ di kabupaten Bengkayang
sebagian di Sambas dan Lundu-Serawak ( Malaysia ), berasal dari kawasan Bukit
Bawakng ( Gunung Bawang ). Bukit Bawakng ini terletak di perbatasan antara
kecamatan Samalantan dan kecamatan Sungai Betung-Bengkayang. Bukit Bawakng ini
disebut tanah asal-usul orang Bakati’.
Rumah Panjang tidak ada lagi dalam masyarakat adat
suku Dayak Bakati’ yang menjadi kebanggaan dan ciri khas suku Dayak Bakati’
serta menjadi gambaran keadaan sebuah kampung suku Dayak. Saat ini masyarakat
suku Dayak Bakati’ tinggal di perkampungan yang terdiri dari rumah-rumah
panggung, bahkan rumah berdinding semen, jendela kaca, bahkan sudah berparabola.
Perkampungan masyarakat suku Dayak Bakati’ sepertinya telah menjalani proses
gaya hidup modern.
- Ritual
Nyabangk
Ritual yang populer dalam masyarakat Dayak Bakati’
adalah ritual ‘nyabangk’, yakni upacara adat menutup siklus tahun perladangan
lama dan membuka lahan perladangan baru. Bagi masyarakat adat Dayak Bakati’,
padi dan beras bukanlah semata-mata komoditas melainkan berkat Jebata ( Tuhan Sang Pencipta
) yang harus disyukuri. Padi dan beras adalah sumber kehidupan masyarakat Dayak
Bakati’. Seluruh proses produksi padi berada dalam campur tangan Jebata yang
harus dipandang sebagai rangkaian perjalanan hidup.
- Urutan Pelaksanaan Upacara Nyabangk
Urutan acara ritual
produksi padi pada tradisi adat suku Dayak Bakati’ adalah sebagai berikut:
a.
‘Matuk’
Meminta izin untuk menggarap ladang
baru
b.
‘Numa’
Membersihkan belukar di areal ladang
c.
‘Nabet’
Menebang pohon
d.
‘Najak’
Memotong cabang pohon yang tumbang
dijadikan hamparan
e.
‘Nyauk’
Mengeringkan pohon yang ditebang dan
siap dibakar
f.
‘Ngeraih’
Membuat pembatas api di sekeliling
ladang
g.
‘Natak’
Membakar
h.
‘Nyabiong’
Menempatkan semangat padi
i.
‘Nyabangk’
Upacara adat tutup tahun sebagai suatu kronologis penting dalam siklus
aktivitas perladangan hidup mereka
Dalam pelaksanaan ritual ini, para tua-tua adat
yang terdiri dari ‘amak sabangk’ dan ‘amak gandangk’ serta anggota masyarakat
yang merayakannya memberi makan roh-roh ‘pemagen’ dengan sesaji yang terdiri dari daging, darah, kepala, hati (
anjing atau babi atau ayam ), beras kuning, beras pulut, nasi panggang, lambang
( lemang ), dan lain-lain.
- Benda
Misteri Suku Dayak Bakati’
Salah satu benda misteri suku Dayak Bakati’ adalah
‘punggo’ yaitu sebuah rumah kecil. Dalam ‘punggo’ ini berisi sekitar tiga puluh
tengkorak manusia yang disimpan dalam tiga keranjang di dalam ‘punggo’.
Tengkorak-tengkorak itu dikumpulkan oleh ‘puak-puak’ Dayak Bakati’.
- Proses
Penciptaan Manusia Pertama
Dalam mitologi Dayak Bakati’, manusia tercipta
dari tanah. Penciptaan manusia dilakukan oleh tujuh ekor binatang yang
masing-masing mempunyai perannya sendiri. Ketujuh binatang itu adalah burung
pagubm, burung bangau, sejakan tukang penampa’, sawa’ tibug ( bengkarung ), langkadu (
kadal ), sejangkao pangentetaan, dan seekor binatang lagi tidak disebutkan.
Ketujuhnya melakukan proses penciptaan manusia pertama.
Setelah proses penciptaan selesai, manusia pertama
ditempatkan di sebuah taman. Manusia pertama merasa sedih karena hidup
sendirian. Ia pun menangis dan berlari ke sana ke mari hendak mencari teman
dimana ia bisa bercengkerama. Manusia pertama diciptakan sebagai seorang
pribadi dewasa, ia dinamai ‘semula jadi’ oleh ketujuh pencipta tadi yang
artinya manusia pertama.
Pada suatu ketika, ‘semula jadi’ duduk termenung
melihat sepucuk rebung dari rumpun betung tersebut, tiba-tiba rebung itu pecah
terbelah dan dari dalamnya muncul seorang anak perempuan. Lalu diambilnya anak perempuan
itu dan diberinya nama ‘sayok nyandok’ yang artinya besar sehari karena sewaktu
keluar dari rebung tersebut ‘sayok nyandok’ langsung menjadi orang dewasa.
Setelah dewasa ‘semula jadi’ dan ‘sayo’ nyando’’
dikawinkan ( oleh penciptanya )
dan hamil. Anaknya diberi nama ‘mula batampa’ yang berarti seorang anak putri
sulung. Ketika menginjak dewasa, ‘mula batampa’ hidup berdua dengan ‘semula
jadi’. Berdasarkan mitologi Dayak Bakati’ ini, manusia yang ada sekarang ini
dipercayai berasal dari keturunan ‘mula batampa’ dan ‘semula jadi’. Keturunan
mereka ini berkembang menjadi suku bangsa yang banyak jumlahnya.
- Religiositas
Orang Suku Dayak Bakati’
Pencipta langit dan bumi beserta segala isinya
disebut ‘nyabata’ atau Yang Ilahi. Religiositas orang Bakati’ berkaitan erat
dengan pengalamannya terhadap ‘nyabata’ dan pengharapannya akan kehidupan kekal
di ‘sabayatn’ atau dunia kebahagiaan atau surga. ‘Nyabata’ secara umum dikenal sebagai
roh-roh yang baik. ‘Nyabata’ ini berbentuk ilah-ilah atau banyak Tuhan. Setiap
sungai, gunung, hutan, dan bukit memiliki ‘nyabata’ tersendiri.
Tetapi yang paling penting dan berperan penting
dalam adat istiadat Dayak Bakati’ adalah ‘nyabata bawakng’ yang bersemayam di
Gunung Bawakng. Hubungan manusia dengan ‘nyabata bawakng’ dengan cara memukul
‘bande’ atau gong kecil sebanyak tujuh kali serta mengucapkan mantra tertentu.
Sikap religius masyarakat Dayak Bakati’ yang mirip
dengan Dayak pada umumnya berwujud pada ‘pengabdian panteon’ atau tempat
pemujaan yang terdiri dari banyak sekali roh dan nenek moyang yang ajaib. Segala
tindakan, perbuatan, dan tingkah laku orang Dayak akan diarahkan kepada teladan
nenek moyang. Sebab hanya perbuatan yang meniru teladan nenek moyang adalah
perbuatan yang baik dan bermakna religius. Hal ini disebabkan oleh sikap taat
kepada peraturan atau adat yang diberikan oleh nenek moyang.
Menurut pandangan suku Dayak Bakati’, ‘sabayatn’
adalah suatu keadaan dunia yang baru dan sama dengan keadaan dunia sekarang,
hanya lebih indah dan sempurna. Di tempat itu manusia dibebaskan dari segala
beban dan kesulitan hidup. Kehidupan di tempat ini penuh berkelimpahan, tanpa
harus membanting tulang mencari nafkah. Segala kebutuhan terpenuhi. Para
penghuninya selalu menikmati kebahagiaan pesta yang tidak berkesudahan. Karena
hasil sawah dan ladang tidak lagi diganggu hama. Hutan memberikan hasil
berlimpah, sungai-sungai penuh ikan. Jadi, gambarannya sama seperti di dunia
sekarang, tetapi di tempat itu sudah bebas dari segala kesulitan. Semuanya
hidup dalam keharmonisan. ‘Sabayatn’ merupakan tempat tinggal ‘nyabata’ dan
roh-roh leluhur yang telah bersatu dengan-Nya. Setiap manusia yang masuk ke
dalamnya akan hidup menyatu dan berpartisipasi pada hidup yang ilahi.
Persekutuan antara orang-orang yang hidup di
‘sabayatn’ yang penuh antara mereka dengan ‘nyabata’ membentuk suatu
persekutuan yang dalam pemahaman tradisi ‘matek’ atau suatu doa berupa mantra
dalam ritual adat disebut “ndo’ awa pama nyabata”. Bagi mereka yang masih hidup
di dunia, ‘sabayatn’ merupakan tempat kerinduan yang abadi bagi manusia.
Orang Bakati’ meyakini bahwa pencipta dunia
beserta isinya ini adalah ‘nyabata’, maka tidak mengherankan semua orang
Bakati’ menyembahnya dengan segenap jiwa dan raga. ‘Nyabata’ diperlakukan
sangat istimewa atau diagung-agungkan terutama dalam setiap upacara adat karena
diyakini bahwa ‘nyabata’lah yang menjadi sebab dan akibat segala yang terjadi
di dunia. Misalnya ada orang sakit, orang Dayak Bakati’ meyakini bahwa hanya
‘nyabata’lah yang bisa menyembuhkan karena ‘nyabata’ juga yang “memberi” sakit
kepada setiap makhluk hidup. Bagi orang Dayak Bakati’, orang sakit disebabkan
karena hubungannya atau relasinya dengan ‘nyabata’ tidak harmonis. Nah, untuk
mendapat kesembuhan maka orang tersebut harus memperbaiki relasinya dengan
‘nyabata’. Berbagai cara untuk menghormati ‘nyabata’ ini.
- Ritual
atau Upacara Lain
Selain upacara penyembuhan orang sakit, ada juga
upacara lainnya, misalnya syukuran atas kelahiran atau ‘mahung banak’, syukuran
atas berhasilnya panen atau ‘ngutup pade’, dan masih banyak lagi. Semuanya ini
dengan satu tujuan yaitu berterima kasih kepada ‘nyabata’ yang telah
memberikannya.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Kesimpulannya yaitu:
- Suku
Dayak Bakati’ ( Bekati’ ) tersebar di 7 kampung yang berada di wilayah
kabupaten Bengkayang dan kabupaten Sambas propinsi Kalimantan Barat.
- Istilah
Bakati’ terdiri dari dua kata yaitu ‘ba’ atau sebuah awalan yang sepadan
ber- yang berarti mempunyai dan ‘kati’ atau sebuah kata dasar yang berarti
tidak.
- Rumah
Panjang semula dijadikan sebagai tempat tinggal oleh sub suku Dayak
Bakati’.
- Ritual
‘nyabangk’ ialah upacara adat menutup siklus tahun perladangan lama dan
membuka tahun perladangan baru.
- Dalam
mitologi Dayak Bakati’, manusia tercipta dari tanah. Penciptaan manusia
dilakukan oleh tujuh ekor binatang.
- Dari segi
religius, pencipta langit dan bumi beserta isinya disebut ‘nyabata’ atau
Yang Ilahi.
- Menurut
pandangan suku Dayak Bakati’, ‘sabayatn’ adalah suatu keadaan dunia yang
baru dan sama dengan keadaan dunia sekarang, hanya lebih indah dan
sempurna.
- Saran
Penulis menyadari dalam
penulisan makalah individu ini terselesaikan dengan kekurangan-kekurangan di
luar kemampuan penulis. Penulis sangat mengharapkan masukan dan saran serta
kritik yang membangun bagi penulisan makalah ini agar dapat dimanfaatkan untuk
para pembaca sekalian. Semoga dengan penulisan makalah ini dapat berguna bagi
penumbuhan sikap menghargai kita bangsa Indonesia untuk menumbuhkan persatuan
dan kesatuan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar